Pentingnya Komunikasi Dakwah yang Menyejukkan
Jalan dakwah yang telah dicontohkan Rasulullah SAW selama ini adalah dakwah yang mengedepankan keteladanan dan nasihat yang baik. Dakwah yang dikedepankan dalam ajaran Islam adalah dakwah yang menyejukkan hati setiap orang. Poin penting yang juga dijalani Rasulullah dalam berdakwah adalah mengedepankan empati.
Konteks penyampaian ayat-ayat Allah SWT berangkat dari persoalan yang dihadapi masyarakat. Rasul juga selalu mampu merasakan persoalan yang dihadapi umatnya. Perasaan empati ini akan membuat dakwah menjadi lebih mengena. Rasa empati juga akan membuat juru dakwah bisa memahami situasi yang sedang dihadapi objek dakwahnya.
”Pemahaman seperti ini sangatlah penting, supaya materi dakwah yang disampaikan bisa benar-benar menjawab persoalan yang tengah dihadapi publik. Kesalahan dalam memahami situasi dan perasaan audiens bisa membuat dakwah seseorang mengundang resistensi, ” ujar Husain Matla penulis buku ‘Dakwah dengan Cinta’.
Menurut Husain, ada dakwah yang disampaikan dengan lisan, ada pula dakwah yang berlangsung dengan perbuatan. Dakwah dengan lisan tak harus dimaknai sebagai ceramah yang melibatkan massa dalam jumlah banyak. Husain menambahkan, perbincangan seseorang dengan orang lain juga bisa menjadi bagian dari dakwah.
Orang yang menyampaikan dakwah, kata dia, bisa diibaratkan sebagai orang dewasa. ”Yang mendasar dari model ini adalah bahwa orang dewasa selalu menjadikan kasih sayang sebagai dorongan utama dalam berkomunikasi dengan anak-anak. Komunikasi yang dilandasi kasih sayang, akan jauh dari amarah, egoisme, maupun pemaksaan,” jelasnya.
Lebih jauh Husain menyatakan, seorang juru dakwah tidak boleh merasa lebih pandai dari orang yang menerima dakwah. Perasaan bahwa dirinya lebih pandai dibanding orang yang menerima dakwah, lanjut dia, akan membuat juru dakwah menjadi cenderung memaksakan kehendak dan tidak mengundang simpati. ”Sebaliknya, nihilnya beban intelektual akan membuat seorang juru dakwah menjadi lebih rendah hati dan bersikap terbuka menerima masukan dari orang lain,” cetusnya.
Kendati tidak boleh merasa cerdas, kata Husain, seorang juru dakwah tetap dituntut untuk menyusun argumentasi yang runut dan cerdas. Hal ini akan sangat membantu audiens dalam memahami dan mencerna materi dakwah yang diterimanya. ”Argumentasi yang cerdas juga akan membuat kebenaran yang disampaikan menjadi lebih meyakinkan,” jaminnya.
Sekretaris Yayasan Pendidikan Tinggi Dakwah Islam Jakarta, Sulthon Dja’far, mengungkapkan, dakwah harus tampil dengan wajah sejuk dan damai melalui penekanan peningkatan kualitas akhlak mulia yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari. ”Secara esensial, memang dakwah muncul dengan pendekatan mengajak, bukan menghakimi, apalagi bernuansa provokasi,” jelasnya.
Sulthon menambahkan, para juru dakwah harus mampu mengemas ajaran Islam secara sistemik sebagai sebuah materi dakwah. Pemahaman sistematik ini, lanjut dia, dapat dibangun melalui penghayatan dan pemahaman ajaran Islam secara holistik dan komprehensif dari berbagai aspek ajaran Islam yang mencakup aspek akidah, aspek ibadah, aspek akhlak dan aspek muamalah.
Pada bagian lain mantan Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren se-Indonesia KH A Kholil Ridwan mengingatkan, seorang ulama atau juru dakwah yang terjun ke dunia politik haruslah meniatkan langkahnya itu demi lancarnya dakwah Islam dan terjaminnya pelaksanaan syariat Islam di negeri ini. ”Karena itu seyogyanya kalangan ulama bersatu dan bersama-sama menghadapi tokoh-tokoh politik yang tidak mengemban misi dakwah Islam,” cetusnya.
Menurut Kholil, seorang ulama yang berpolitik pada hakikatnya adalah melaksanakan sunah Rasulullah. Hanya saja dalam melaksanakan politiknya berpedoman dan berpegang pada ajaran dan contoh-contoh yang dilakukan oleh Rasulullah. Misalnya, Rasulullah berangkat dari penegakkan akidah, baru kemudian Rasulullah berhijrah untuk menghimpun kekuatan dan akhirnya untuk memperoleh kekuasaan.
Akhirnya Rasulullah berhasil menaklukkan musuh-musuh Islam. Umat Islam bisa leluasa shalat dengan menghadap ke Kabah, dan pelaksanaan ibadah haji pun dapat dilakukan dengan leluasa, karena penguasa sebelumnya kaum kafir Quraisy bisa ditaklukkan. ”Tugas ulama sekarang ini adalah meneruskan perjuangan Rasulullah, agar pelaksanaan dakwah semakin lempang dan syariat Islam bisa dijalankan seluruhnya,” tegas Ridwan.
Sementara, staf pengajar Universitas Negeri Jakarta, Aziz Ritonga mengingatkan, seorang ulama yang terjun ke dunia politik haruslah lebih baik dalam segala hal dibanding politisi lainnya. Ia dituntut untuk mampu menyelaraskan antara kata dan perbuatannya, dan semua itu harus ia mulai dari dirinya sendiri.
0 komentar: